Rasa sakit masih sedikit membekas di hatiku, rasa kecewa masih cukup menemani bayangmu dalam pikiranku, sampai kapan aku harus mengingatmu?
Kulihat dari kejauhan, kau telah menemukan kebahagiaanmu. Entah kebahagiaan yang tulus, atau kebahagiaan sandiwara. Entah kebahagiaan yang mampu bertahan lama, atau kandas seperti biasa. Entahlah, sesuka hatimu saja.
Berbulan-bulan rasanya aku mencoba menghilangkan rasa dan bayang bayang akan dirimu. Sedikit demi sedikit, aku mampu. Sedikit demi sedikit, hati ini terobati. Namun, sesekali juga aku terjatuh kembali, sesekali juga rasa rindu kembali menyelimuti hati yang sepi ini.
Melihatmu bahagia? Alhamdulillah. Apa aku terlihat munafik saat mengatakan ini? Mungkin. Tapi tenang saja, rasa syukurku melihat kebahagiaanmu disertai dengan sedikit harapan nakalku yang mengharapkan engkau kembali ke dalam pelukanku. Walau aku tau, saat ini kau telah memiliki yang baru.
Setiap kali aku berdoa, aku selalu memohon pada Yang Kuasa untuk membuat hatiku lebih tegar lagi setiap harinya. Bagaimana pun caranya. Hingga suatu saat aku merasa menemukan cara sendiri untuk membuatku melupakan dirimu.
Semacam berlatih, mengulang kenangan pahit dalam bayangan agar rasa rindu ini kian berkurang, agar rasa sayang ini semakin menghilang. Awalnya memang terasa sakit, terasa pahit. Harus membayangkan kembali apa yang membuatku menangis berhari-hari. Namun aku tau, semakin lama, kenangan yang kuingat secara paksa itu semakin ingin lepas. Cerita dari ketidakmungkinan kita untuk bersama semakin mendorong semua tentangmu untuk pergi meninggalkan jiwaku. Walau sulit, namun tetap kucoba.
Hingga aku yakin akan ada suatu hari dimana aku bisa merasa biasa saja ketika kembali mengulang segala kenangan yang pernah kita lewati bersama dan pada saat itulah aku mampu berkata selamat tinggal seutuhnya kepada dirimu yang telah membuatku merasakan pahitnya sebuah kenyataan dari sesuatu bernama CINTA.
Karena hal paling menyakitkan saat kita pertama kali bertemu seseorang adalah membayangkan perpisahan yang tidak kita inginkan. Namun, kecenderungan seseorang untuk menyukai hal yang "baru" membuat mereka lupa dengan orang yang ada di dekatnya.
ReplyDeleteKok jadi gak nyambung yak? Hahaha
hahahaha ini kayaknya kepaksa banget ya mau comment? Terimakasih ya udah mampir dan ngomment juga hehe *makin nggak nyambung
ReplyDelete