SpongeBob SquarePants

Saturday, 22 August 2015

Cinta Beda Agama

Cinta yang paling menyakitkan ialah cinta yang terdapat perbedaan di dalamnya. Perbedaan yang jelas terlihat, yang jelas dapat dirasakan. Perbedaan agama. Banyak orang-orang yang menjalin hubungan di tengah perbedaan agama. Termasuk saya, beberapa kali saya menjalani hubungan beda agama. Menurut saya, memang menyakitkan ketika mencintai seseorang yang kita tahu bahwa sulit untuk kita menjadi bersama. Perbedaan agama adalah perbedaan yang menurut saya paling sulit untuk disatukan. Keyakinan hidup mendasar yang berbeda tentunya menjadi pertimbangan khusus jika ingin membawa hubungan ke jenjang yang lebih serius.

Mungkin ada orang-orang yang akhirnya mengalah soal agama demi dapat bersama dengan orang yang dicintainya. Ada juga yang terus bertanya-tanya “Kenapa harus dipertemukan dengan dia yang jelas-jelas berbeda?” atau “Kenapa kami dipertemukan padahal kami berbeda? Kenapa kami bisa menjalani hubungan ini? Pasti ada maksud lain yang diberikan oleh Tuhan YME”, jujur saja pertanyaan kedua ialah pertanyaan yang sering saya ucapkan ketika saya menjalani hubungan beda agama. Saya merasa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup saya adalah sesuatu yang memang sudah dituliskan oleh Yang Maha Kuasa, termasuk cinta beda agama yang harus saya jalani sekian tahun lamanya.

Banyak pihak yang merasa saya salah mengambil keputusan setiap kali memutuskan berhubungan dengan seseorang yang berbeda agama dengan saya. Banyak cercaan yang saya terima, banyak kritikan dan protes yang ditujukan kepada saya, banyak yang menyayangkan bagian cerita hidup say a saat itu. Tapi apalah yang dapat mereka perbuat kalau saya dan cinta yang saya miliki lebih kuat dari segala perkataan miring tentang hidup saya saat itu.

Satu yang paling saya ingat, ada seseorang yang mengatakan bahwa saya hanya membuang-buang waktu saya saja dengan menjalankan hubungan yang tidak akan berujung indah. Berujung indah? Berujung bersama saja belum tentu, bagaimana bisa indah? Namun saat itu saya terus menguatkan diri saya, saya yakin segala sesuatunya pasti memiliki sisi positif, termasuk hubungan beda agama saya saat itu. Selama saya menjalani hubungan beda agama, saya merasa banyak hal-hal baru yang saya temui dan saya dapat mengambil nilai-nilai tertentu dari semua pengalaman saya kala itu. Maka dari itu, saya tidak merasa waktu saya terbuang sia-sia selama menjalani hubungan beda agama, selain itu juga saya dapat melakukan kegiatan-kegiatan positif dan bermanfaat bersama pasangan saya.

Hal yang paling membuat saya sedih saat menjalani hubungan beda agama ialah saat kami ingin menuliskan mimpi-mimpi masa depan bersama, terasa ada sesuatu yang mengganjal dan menjadi penghalang besar sehingga mimpi-mimpi kami sangat terbatas. Belum lagi kalau ditanya orangtua, rasanya sedih ketika harus menjawab bahwa pasangan yang ingin kita bawa ke orangtua adalah seseorang yang memiliki keyakinan berbeda.

Dalam hubungan beda agama juga tidak ada yang bisa menjamin atau memastikan akan berujung kebahagiaan. Toh hubungan yang dijalankan dengan kesamaan saja belum tentu berakhir bahagia. Dulu, saya kira omongan seperti itu hanyalah omong kosong, tapi ternyata memang benar.. cinta beda agama tidak berakhir bahagia. Itu juga yang dikatakan oleh ibu saya saat dia tau saya menjalani hubungan percintaan dengan seseorang berkeyakinan lain. Katanya saat itu “Yang namanya beda agama ya tetap beda. Susah lah kalau sudah menyangkut keyakinan/agama”

Dan saya sadar kalau perkataan ibu saya saat itu sangat benar. Mungkin perbedaan itu dapat disatukan, tapi harus dengan mengalah. Mengalah bukan dalam hal kecil, tapi dalam hal yang sangat besar. Mengalah dalam hal yang sangat mendasar namun bersifat selamanya. Siapa yang bisa mengganti kepercayaan seseorang pada Tuhannya?

Saya juga merasa adanya keegoisan apabila hubungan beda agama harus berakhir dengan perpindahan agama dari salah satu pihak. Dan saya yakin banyak pengorbanan dan perjuangan untuk mencapai tahap itu.


Sebagai seseorang yang telah beberapa kali menjalani kisah cinta beda agama, saya menyarankan untuk teman-teman yang masih memperjuangkan hubungannya untuk berpikir berulang kali. Egois sekali rasanya kalau harus berganti Tuhan demi memenangkan cinta. Mengalah saja untuk hal lainnya, mengalah lah dengan rasa egois itu sendiri, mengalahlah untuk melepaskannya. Melepaskan dia yang jelas-jelas berbeda dan menunggu seseorang dengan dasaran yang sama, yang sama tanpa harus melewati proses perubahan terlebih dahulu. Saya rasa akan berjalan dan berakhir lebih indah. Maaf apabila bahasan saya kali ini menyinggung perasaan kalian yang mengalami kisah yang pernah saya alami dulu. Tetap tersenyum dan berbahagialah. 

No comments:

Post a Comment

Saturday, 22 August 2015

Cinta Beda Agama

Cinta yang paling menyakitkan ialah cinta yang terdapat perbedaan di dalamnya. Perbedaan yang jelas terlihat, yang jelas dapat dirasakan. Perbedaan agama. Banyak orang-orang yang menjalin hubungan di tengah perbedaan agama. Termasuk saya, beberapa kali saya menjalani hubungan beda agama. Menurut saya, memang menyakitkan ketika mencintai seseorang yang kita tahu bahwa sulit untuk kita menjadi bersama. Perbedaan agama adalah perbedaan yang menurut saya paling sulit untuk disatukan. Keyakinan hidup mendasar yang berbeda tentunya menjadi pertimbangan khusus jika ingin membawa hubungan ke jenjang yang lebih serius.

Mungkin ada orang-orang yang akhirnya mengalah soal agama demi dapat bersama dengan orang yang dicintainya. Ada juga yang terus bertanya-tanya “Kenapa harus dipertemukan dengan dia yang jelas-jelas berbeda?” atau “Kenapa kami dipertemukan padahal kami berbeda? Kenapa kami bisa menjalani hubungan ini? Pasti ada maksud lain yang diberikan oleh Tuhan YME”, jujur saja pertanyaan kedua ialah pertanyaan yang sering saya ucapkan ketika saya menjalani hubungan beda agama. Saya merasa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup saya adalah sesuatu yang memang sudah dituliskan oleh Yang Maha Kuasa, termasuk cinta beda agama yang harus saya jalani sekian tahun lamanya.

Banyak pihak yang merasa saya salah mengambil keputusan setiap kali memutuskan berhubungan dengan seseorang yang berbeda agama dengan saya. Banyak cercaan yang saya terima, banyak kritikan dan protes yang ditujukan kepada saya, banyak yang menyayangkan bagian cerita hidup say a saat itu. Tapi apalah yang dapat mereka perbuat kalau saya dan cinta yang saya miliki lebih kuat dari segala perkataan miring tentang hidup saya saat itu.

Satu yang paling saya ingat, ada seseorang yang mengatakan bahwa saya hanya membuang-buang waktu saya saja dengan menjalankan hubungan yang tidak akan berujung indah. Berujung indah? Berujung bersama saja belum tentu, bagaimana bisa indah? Namun saat itu saya terus menguatkan diri saya, saya yakin segala sesuatunya pasti memiliki sisi positif, termasuk hubungan beda agama saya saat itu. Selama saya menjalani hubungan beda agama, saya merasa banyak hal-hal baru yang saya temui dan saya dapat mengambil nilai-nilai tertentu dari semua pengalaman saya kala itu. Maka dari itu, saya tidak merasa waktu saya terbuang sia-sia selama menjalani hubungan beda agama, selain itu juga saya dapat melakukan kegiatan-kegiatan positif dan bermanfaat bersama pasangan saya.

Hal yang paling membuat saya sedih saat menjalani hubungan beda agama ialah saat kami ingin menuliskan mimpi-mimpi masa depan bersama, terasa ada sesuatu yang mengganjal dan menjadi penghalang besar sehingga mimpi-mimpi kami sangat terbatas. Belum lagi kalau ditanya orangtua, rasanya sedih ketika harus menjawab bahwa pasangan yang ingin kita bawa ke orangtua adalah seseorang yang memiliki keyakinan berbeda.

Dalam hubungan beda agama juga tidak ada yang bisa menjamin atau memastikan akan berujung kebahagiaan. Toh hubungan yang dijalankan dengan kesamaan saja belum tentu berakhir bahagia. Dulu, saya kira omongan seperti itu hanyalah omong kosong, tapi ternyata memang benar.. cinta beda agama tidak berakhir bahagia. Itu juga yang dikatakan oleh ibu saya saat dia tau saya menjalani hubungan percintaan dengan seseorang berkeyakinan lain. Katanya saat itu “Yang namanya beda agama ya tetap beda. Susah lah kalau sudah menyangkut keyakinan/agama”

Dan saya sadar kalau perkataan ibu saya saat itu sangat benar. Mungkin perbedaan itu dapat disatukan, tapi harus dengan mengalah. Mengalah bukan dalam hal kecil, tapi dalam hal yang sangat besar. Mengalah dalam hal yang sangat mendasar namun bersifat selamanya. Siapa yang bisa mengganti kepercayaan seseorang pada Tuhannya?

Saya juga merasa adanya keegoisan apabila hubungan beda agama harus berakhir dengan perpindahan agama dari salah satu pihak. Dan saya yakin banyak pengorbanan dan perjuangan untuk mencapai tahap itu.


Sebagai seseorang yang telah beberapa kali menjalani kisah cinta beda agama, saya menyarankan untuk teman-teman yang masih memperjuangkan hubungannya untuk berpikir berulang kali. Egois sekali rasanya kalau harus berganti Tuhan demi memenangkan cinta. Mengalah saja untuk hal lainnya, mengalah lah dengan rasa egois itu sendiri, mengalahlah untuk melepaskannya. Melepaskan dia yang jelas-jelas berbeda dan menunggu seseorang dengan dasaran yang sama, yang sama tanpa harus melewati proses perubahan terlebih dahulu. Saya rasa akan berjalan dan berakhir lebih indah. Maaf apabila bahasan saya kali ini menyinggung perasaan kalian yang mengalami kisah yang pernah saya alami dulu. Tetap tersenyum dan berbahagialah. 

No comments:

Post a Comment