Dalam diam,
aku tersenyum
Dalam diam,
aku menangis
Dalam diam,
aku tertawa
Dalam diam,
aku terluka
Dalam diam, ku cari dirimu
Dalam diam,
ku telusuri tentangmu
Dalam diam,
ku kagumi dirimu
Dalam diam,
ku berharap padamu
Kutulis puisi
itu pada selembar kertas. Sepenggal puisi yang memiliki arti mendalam bagiku.
Semenjak pertemuanku dengannya, aku merasa ada yang berbeda. Sempat kutahan
perasaan ini, berusaha menghindarinya. Namun aku salah, semakin aku berusaha
menghindar, semakin aku berusaha untuk lari dari perasaan ini, semakin kencang
pula aku diburu olehnya. Dikejar oleh perasaan yang sesungguhnya tak ingin aku
akui. Perasaan yang seakan-akan ingin tinggal di dalam hatiku. Menjadikan
hatiku sebagai tempat peristirahatannya.
Kini, aku
mengalah dengan perasaan ini. Aku membiarkannya masuk. Aku membiarkannya
tinggal sementara di hatiku. Tanpa sadar, kalau ini bisa saja untuk selamanya.
Namun, kenapa disaat semua ini baru saja terjadi, aku menerima sebuah kenyataan
yang sedikit memilukan. Agak pahit terasa. Sahabatku memiliki perasaan yang
sama kepada orang yang sama pula. Bahkan ternyata, dia telah lama memendam
perasaan itu. Aku merasa terkejut, merasa bersalah, merasa serba salah.
Keraguan dan kebimbangan mulai muncul. Terlebih lagi setiap aku mendengarkan
cerita tentang mereka. Sahabatku merasa begitu senang ketika bercerita tentang
kedekatan mereka. Tergambar jelas raut kebahagiaan di wajahnya. Sebagai sahabat
yang baik, aku tak mau melukai perasaannya. Aku berpura pura turut senang dalam
ceritanya. Tertawa sambil menatap binar matanya yang memancarkan kebahagiaan,
semburat senyumnya pun memaksaku untuk ikut tersenyum, walau sesungguhnya jauh
di dalam hatiku telah tercipta sebuah luka. Kali ini, aku tidak lagi mengalah
pada perasaanku. Tapi aku mengalah pada sahabatku. Aku mendekatkan sahabatku
dengan pujaan hatinya yang sesungguhnya pujaan hatiku juga. Aku berusaha
menghapus perasaanku, memendam perasaanku dalam dalam dan menguburnya. Aku tak
ingin ada seorang pun yang tahu tentang perasaanku ini. Hingga akhirnya, mereka
berdua bisa benar-benar bersama. Aku yang lemah hanya bisa memandang kebahagiaan
mereka dari kejauhan, tersenyum getir sambil bergumam “Akulah seseorang yang
mencintaimu dalam diam”
No comments:
Post a Comment