SpongeBob SquarePants

Tuesday, 22 January 2013

Perang Hati

Di hati ku sedang gaduh. Berisik. Ricuh. Rusuh. Ada apa ya?
Perang.
Ada perang di dalam sana. Mungkin perang hebat.
Hebat.
Berusaha untuk menang. Tapi entah menang untuk apa.
Kebimbangan.
Mungkin itu yang bisa menggambarkan tema perang kali ini.

Melihat kenyataan yang ada, aku tak bisa lari dari kebimbangan yang mengejar. Tak bisa bersembunyi dari keraguan yang terus mencari. Lalu aku harus apa?

Kebimbangan itu bagai kilat yang menyambar seketika.

Perang terus berlanjut. Di satu sisi aku ingin menyimpan beban ini sendiri. Tidak. Bukan beban. Ini adalah sebuah prestasi yang diukir olehnya. Olehnya yang tak pernah diketahui mereka. Seseorang yang berarti bagiku namun mungkin tak lagi mengingatku. Ingin kubagi rasa bahagia ini atas prestasinya. 

Namun di sisi lain, aku bertanya pada diriku sendiri. Siapakah aku? Apa andilku dalam hidupnya? Apakah ia mengakuiku seperti aku mengakuinya? Apakah ia merasakan aku ada seperti aku merasakan adanya ia walau terpisah jarak jauh? Apakah ia mengakuiku? 

Ingin aku berteriak pada seisi dunia. Aku lah yang terus menunggunya disini. Aku lah yang terus mendoakan hidupnya. Aku lah yang terus mengingatnya. Aku lah yang terus menambah rasa sayangku tanpa ada niat menguranginya sedikit pun. Aku lah yang tak pernah membencinya. Aku lah yang tak pernah marah atas perlakuannya padaku. Aku lah yang selalu merindukannya. Aku lah yang hanya bisa berharap ia tetap menganggapku sebagai buah darinya.

2 comments:

Tuesday, 22 January 2013

Perang Hati

Di hati ku sedang gaduh. Berisik. Ricuh. Rusuh. Ada apa ya?
Perang.
Ada perang di dalam sana. Mungkin perang hebat.
Hebat.
Berusaha untuk menang. Tapi entah menang untuk apa.
Kebimbangan.
Mungkin itu yang bisa menggambarkan tema perang kali ini.

Melihat kenyataan yang ada, aku tak bisa lari dari kebimbangan yang mengejar. Tak bisa bersembunyi dari keraguan yang terus mencari. Lalu aku harus apa?

Kebimbangan itu bagai kilat yang menyambar seketika.

Perang terus berlanjut. Di satu sisi aku ingin menyimpan beban ini sendiri. Tidak. Bukan beban. Ini adalah sebuah prestasi yang diukir olehnya. Olehnya yang tak pernah diketahui mereka. Seseorang yang berarti bagiku namun mungkin tak lagi mengingatku. Ingin kubagi rasa bahagia ini atas prestasinya. 

Namun di sisi lain, aku bertanya pada diriku sendiri. Siapakah aku? Apa andilku dalam hidupnya? Apakah ia mengakuiku seperti aku mengakuinya? Apakah ia merasakan aku ada seperti aku merasakan adanya ia walau terpisah jarak jauh? Apakah ia mengakuiku? 

Ingin aku berteriak pada seisi dunia. Aku lah yang terus menunggunya disini. Aku lah yang terus mendoakan hidupnya. Aku lah yang terus mengingatnya. Aku lah yang terus menambah rasa sayangku tanpa ada niat menguranginya sedikit pun. Aku lah yang tak pernah membencinya. Aku lah yang tak pernah marah atas perlakuannya padaku. Aku lah yang selalu merindukannya. Aku lah yang hanya bisa berharap ia tetap menganggapku sebagai buah darinya.

2 comments: