Ide cerita ini berdasarkan kejadian yang saya lihat langsung pada hari ini 20 Januari 2011, kejadian nyata yang terjadi dengan teman teman sekolah saya.
Berawal pada saat pelajaran Matematika, masuklah guru matematika kami, Bu "J" ke kelas kami, XI IPA 2, melalui informasi yang kami dapat dari kelas sebelumnya, kami mengetahui bahwa sang guru akan membagikan hasil ulangan harian yang baru saja dilaksanakan 2 hari yang lalu. Sebelumnya, kelas kami telah membahas tentang soal itu bersama sang guru di jam tambahan pelajaran. Kebanyakan dari kami merasa ada beberapa nomor yang salah disebabkan kurang telitinya kami menghitung, sehingga kami merasa sangat takut untuk mengetahui hasil ulangan itu. Kami semua berdoa supaya nilai kami masing-masing memuaskan.
Akhirnya tibalah saat saat menegangkan itu, sang guru mulai memanggil nama kami satu persatu, sampai akhirnya nama sayalah yang disebutkan. Saya maju ke depan kelas menghampiri meja guru sambil terus berdoa, dan saya melihat dari kejauhan, nilai 70 yang tertera di kertas ulangan saya. Alhamdulillah, saya sedikit lega dan bersyukur karena itu berarti nilai saya tuntas dan tidak perlu ulangan lagi (remidial). Walaupun sebenarnya nilai itu pas sekali dengan nilai ketuntasan mata pelajaran matematika, saya tetap bersyukur. Setelah itu, keadaan kelas mulai ramai, saling bertanya satu sama lain akan nilai yang diperoleh. Ternyata banyak teman-teman saya yang nilainya belum tuntas, bahkan yang biasanya lebih pintar dari saya pun harus mendapat nilai dibawah nilai tuntas. Tak berapa lama kemudian, saya melihat salah satu teman saya menangis lantaran nilainya yang tidak tuntas, kemudian bertambah lagi satu orang teman saya menangis, kali ini teman dekat saya bernama "F", sebenarnya dia anak yang sangat pintar, jauh lebih pintar dari saya, tapi kali ini pertama kalinya saya mendengar dia remedial matematika, cukup membuat saya tercengang juga. Entah mengapa dia menangis, tapi yang jelas ada hubungannya dengan nilai matematika. Kemudian "D", kali ini dia juga menangis lantaran nilai matematikanya :(. Semua bersedih, semua menangis. "Ironis" pikirku dalam hati. Mereka anak-anak yang menurut saya pintar, baru remedial matematika sekali saja, sudah menangis seperti itu. Bagaimana dengan saya? Yang mengalami masalah hidup yang berat, yang kesepian, yang mengalami "drop" dengan nilai diantara teman-teman saya yang pintar, tapi saya tetap bisa tersenyum :) dari situ saya merasa bersyukur, saya sudah terbiasa mungkin dengan masalah-masalah yang tidak mudah, tapi secara otomatis itu membuat saya lebih siap jika menghadapi masalah lain yang lebih mudah (untuk saya) yang mungkin dianggap sulit oleh teman-teman saya. Saya tahu, Tuhan itu adil, memberikan hidup yang adil pula untuk semua umatnya. Mereka bisa menangis hanya karena nilai matematika mereka yang jelek hanya satu kali, tapi saya masih bisa tersenyum dengan segala masalah yang ada :) saya merasa lebih dewasa, tegar dan kuat. Ayo teman-teman, jangan putus asa. Kita bangkit sama-sama, roda itu berputar :) tidak selamanya kita berada di atas, dan tidak selamanya pula kita berada di bawah :) keep smiling guys!
No comments:
Post a Comment