SpongeBob SquarePants

Sunday, 20 March 2011

Different World

Kehidupan setiap manusia memang berbeda. Masing-masing mempunyai jalan hidupnya sendiri. Tapi, sadarkah terkadang manusia seperti hidup di dunia yang berbeda satu sama lain.
Seorang remaja korban “broken home” tak bisa merasakan masa remaja yang indah sepenuhnya. Semasa kecilnya, hidupnya tercukupi. Hidup di tengah keluarga (yang menurutnya) bahagia, walau terkadang sang ayah tidak pulang kerumah. Karena umur yang masih sangat belia,dia tak begitu mengerti dan mempedulikan keadaan di sekitarnya. Yang dia tau, dia BAHAGIA (saat itu). Tinggal di rumah yang mewah dan nyaman. Makan makanan enak, mendapat banyak mainan, oleh oleh dari luar negeri. Sayangnya dia tidak bisa memilih waktu yang tepat untuk memilikinya. Saat duduk di sekolah dasar, lagi lagi dia hidup tercukupi bahkan berlebihan, berangkat sekolah diantar mobil pribadi,begitu juga saat pulang ke rumah. Tapi, itu hanya berlangsung sampai dia duduk di kelas 2 SD. Setelah itu dia harus kehilangan sedikit demi sedikit kehidupannya yang indah. Keluarganya mulai retak, dan ia hidup terpisah dari sang ayah. Namun, setiap bulannya, dia bertemu dengan sang ayah. Walaupun sudah tak tinggal serumah, tapi dia masih bisa merasakan kebahagian dan kemewahan. Setiap bulan bertemu untuk jalan jalan ke mall, setiap bulan membeli baju baru,sepatu baru,setiap liburan sekolah beli tas baru,sepatu baru dengan harga yang mahal. Atau sekedar makan siang di hotel. Dan dia tau semua itu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, sayangnya lagi ia tak bisa memunguti tiap helai uang itu untuk digunakan untuk hal yang lebih penting dibandingkan hura hura seperti itu. Waktupun terus berjalan, memasuki kehidupan remajanya. Entah kenapa sedikit demi sedikit kemewahan yang ia rasakan pudar. Semakin jarang bertemu dengan sang ayah menjamin kebutuhannya sedikit berantakan. Hingga tibalah saat terakhir dia merasakan kemewahan itu, merayakan ulangtahun yang ke 13 di sebuah restoran Jepang di Hotel GM. Menghabiskan biaya 5 juta untuk makan 5 orang.Bukan harga yang murah, tapi ayahnya hanya berkata “Tidak apa-apa, ini ulangtahun yang ke 13, masuk masa ‘teen’ (remaja)”. Sayangnya lagi, ia tak bisa berbuat apa apa, tak bisa mengeluarkan makanan itu lagi dan mengambil uangnya lagi untuk digunakan demi hal yang jauh lebih penting. Setelah itu kebahagiaannya benar benar terenggut, KEMEWAHANNYA benar benar musnah tak berbekas.Tak ada lagi jadwal membeli baju baru setiap bulan, tak ada lagi acara makan di hotel malam hari. Yang ada hanya tangis kerinduan dan tawa kesepian.
Mulai saat itu, dia hidup bersama sahabatnya. Sahabat sahabat yang beda dunia, dimana mereka hidup mewah dan ia terpaksa hidup mewah dan berpura-pura mewah di depan mereka. Terpaksa tersenyum walau sebenarnya hatinya sedih. Terpaksa menyamakan derajat walau sesungguhnya dia jauh dibawah mereka. Berpura-pura sama padahal berbeda. Ia iri, iri melihat teman sepermainannya bisa merasakan kebahagiaan di saat yang tepat. Di saat remaja, menghabiskan waktu di mall, makan di tongkrongan yang asik. Dia iri dan ia merasakan kehilangan masa remajanya. Ia tak bisa masuk toko baju bermerek lagi, ia hanya bisa mengenakan baju bermerek bekas kakaknya saat kakaknya membeli waktu mereka masih menjadi orang kaya. Ia hanya bisa melihat remaja lain berganti ganti sepatu mengikuti perkembangan mode,ia hanya bisa melihat teman temannya sibuk bertukar pin BB,ia hanya bisa melihat teman temannya datang ke pensi dan konser. Ia hanya bisa melihat teman temannya sekolah di sekolah mahal dan bergaul dengan orang orang kaya. Ia bergumam dalam hati “Seandainya, keadaan dulu bertukar posisi dengan keadaan yang sekarang, aku tak akan melihat adanya perbedaan dunia antara aku dan mereka”

No comments:

Post a Comment

Sunday, 20 March 2011

Different World

Kehidupan setiap manusia memang berbeda. Masing-masing mempunyai jalan hidupnya sendiri. Tapi, sadarkah terkadang manusia seperti hidup di dunia yang berbeda satu sama lain.
Seorang remaja korban “broken home” tak bisa merasakan masa remaja yang indah sepenuhnya. Semasa kecilnya, hidupnya tercukupi. Hidup di tengah keluarga (yang menurutnya) bahagia, walau terkadang sang ayah tidak pulang kerumah. Karena umur yang masih sangat belia,dia tak begitu mengerti dan mempedulikan keadaan di sekitarnya. Yang dia tau, dia BAHAGIA (saat itu). Tinggal di rumah yang mewah dan nyaman. Makan makanan enak, mendapat banyak mainan, oleh oleh dari luar negeri. Sayangnya dia tidak bisa memilih waktu yang tepat untuk memilikinya. Saat duduk di sekolah dasar, lagi lagi dia hidup tercukupi bahkan berlebihan, berangkat sekolah diantar mobil pribadi,begitu juga saat pulang ke rumah. Tapi, itu hanya berlangsung sampai dia duduk di kelas 2 SD. Setelah itu dia harus kehilangan sedikit demi sedikit kehidupannya yang indah. Keluarganya mulai retak, dan ia hidup terpisah dari sang ayah. Namun, setiap bulannya, dia bertemu dengan sang ayah. Walaupun sudah tak tinggal serumah, tapi dia masih bisa merasakan kebahagian dan kemewahan. Setiap bulan bertemu untuk jalan jalan ke mall, setiap bulan membeli baju baru,sepatu baru,setiap liburan sekolah beli tas baru,sepatu baru dengan harga yang mahal. Atau sekedar makan siang di hotel. Dan dia tau semua itu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, sayangnya lagi ia tak bisa memunguti tiap helai uang itu untuk digunakan untuk hal yang lebih penting dibandingkan hura hura seperti itu. Waktupun terus berjalan, memasuki kehidupan remajanya. Entah kenapa sedikit demi sedikit kemewahan yang ia rasakan pudar. Semakin jarang bertemu dengan sang ayah menjamin kebutuhannya sedikit berantakan. Hingga tibalah saat terakhir dia merasakan kemewahan itu, merayakan ulangtahun yang ke 13 di sebuah restoran Jepang di Hotel GM. Menghabiskan biaya 5 juta untuk makan 5 orang.Bukan harga yang murah, tapi ayahnya hanya berkata “Tidak apa-apa, ini ulangtahun yang ke 13, masuk masa ‘teen’ (remaja)”. Sayangnya lagi, ia tak bisa berbuat apa apa, tak bisa mengeluarkan makanan itu lagi dan mengambil uangnya lagi untuk digunakan demi hal yang jauh lebih penting. Setelah itu kebahagiaannya benar benar terenggut, KEMEWAHANNYA benar benar musnah tak berbekas.Tak ada lagi jadwal membeli baju baru setiap bulan, tak ada lagi acara makan di hotel malam hari. Yang ada hanya tangis kerinduan dan tawa kesepian.
Mulai saat itu, dia hidup bersama sahabatnya. Sahabat sahabat yang beda dunia, dimana mereka hidup mewah dan ia terpaksa hidup mewah dan berpura-pura mewah di depan mereka. Terpaksa tersenyum walau sebenarnya hatinya sedih. Terpaksa menyamakan derajat walau sesungguhnya dia jauh dibawah mereka. Berpura-pura sama padahal berbeda. Ia iri, iri melihat teman sepermainannya bisa merasakan kebahagiaan di saat yang tepat. Di saat remaja, menghabiskan waktu di mall, makan di tongkrongan yang asik. Dia iri dan ia merasakan kehilangan masa remajanya. Ia tak bisa masuk toko baju bermerek lagi, ia hanya bisa mengenakan baju bermerek bekas kakaknya saat kakaknya membeli waktu mereka masih menjadi orang kaya. Ia hanya bisa melihat remaja lain berganti ganti sepatu mengikuti perkembangan mode,ia hanya bisa melihat teman temannya sibuk bertukar pin BB,ia hanya bisa melihat teman temannya datang ke pensi dan konser. Ia hanya bisa melihat teman temannya sekolah di sekolah mahal dan bergaul dengan orang orang kaya. Ia bergumam dalam hati “Seandainya, keadaan dulu bertukar posisi dengan keadaan yang sekarang, aku tak akan melihat adanya perbedaan dunia antara aku dan mereka”

No comments:

Post a Comment