SpongeBob SquarePants

Monday, 6 July 2015

22th



Usia 22 mungkin bukanlah usia yang dewasa. Labil masih senantiasa meliputi usia muda itu. Namun, ada beberapa hal yang harus mulai diperhatikan sejak usia itu datang menyapa. Soal karir, soal arah hidup selanjutnya, dan satu lagi yang tak boleh dilupakan, soal cinta. 

Cinta yang terjadi di usia 22 bukan lagi cinta remaja yang hanya berisi hal-hal manis tanpa berpikir ke mana arah selanjutnya. Namun, cinta pada usia itu juga masih terlalu dini jika ingin dilabuhkan pada sebuah bahtera rumah tangga. 

Jadi, apa yang harus dilakukan pribadi berusia 22 tahun ketika cinta mulai datang kepadanya?

Haruskah ia menanggapinya dengan bercanda? Dengan santai? Dengan gurauan? Atau justru, dengan sebuah keseriusan?

Ini merupakan pandangan pribadiku tentang cinta yang menyapa di usia 20 tahun.

1. Serius atau main-main?
    
    Menurut pandangan saya, cinta di usia 22 tahun bukan lagi cinta main-main yang hanya berisikan kegiatan yang sifatnya untuk membunuh waktu. Bukan lagi suatu hubungan yang hanya berisikan pembicaraan berbau rayuan sesaat. Cinta usia 22 sudah mulai mengenyampingkan itu semua dan menggantikannya dengan pembicaraan yang lebih serius, dengan pembicaraan yang berisi perkenalan mendalam satu sama lain, dengan pembicaraan yang erat kaitannya dengan masa depan. Memang, soal jodoh tak ada yang tau dan tak ada yang bisa memastikan. Cinta usia 22 memang belum tentu cinta yang terakhir, belum tentu berakhir bahagia di pelaminan. Namun, usaha untuk yang lebih baik dapat dimulai sejak saat itu. Pembicaraan terencana yang penuh akan harapan dan doa dapat mulai dilambungkan bersama. Jika memang sudah memiliki kenyamanan dan keyakinan satu sama lain, lalu apa lagi yang ingin dicari? Hanya kesenangan yang tanpa disadari menghabiskan masa mudamu? Hanya kesenangan berupa pendekatan yang tak kunjung usai? Mengapa tak segera dihalalkan saja hubungannya? Tapi tetap, halalkan lah kalau memang sudah sama-sama siap lahir dan batin dari kedua belah pihak ya hehehe

2. Masih lihat fisik?
    
      Memang, soal fisik tidak bisa munafik. Semua pasti ingin mendapatkan pasangan dengan fisik yang sempurna serta wajah yang menarik. Supaya apa? Supaya bisa dibanggakan di hadapan orang-orang, terlebih lagi bagi mereka yang merasa dirinya cantik atau tampan, pasti ingin pasangan yang secara fisik dan penampilan bisa turut mengimbangi. Namun, tidak mudah mencari pasangan yang baik dalam fisik dan mampu membahagiakan kita sekaligus. Beberapa kejadian di dunia nyata mengatakan bahwa yang memiliki kebanggaan secara fisik kadang malah menyakiti hati hehehe mungkin karena mereka terus mencari yang lebih dan lebih lagi sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki saat ini. Kemudian saya berpikir, apa betul yang baik dalam fisik itu bisa membuat bahagia jika sudah mengarungi bahtera rumah tangga. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Mungkin bisa membahagiakan karena memberikan pemandangan yang indah di setiap harinya, namun jika tidak diimbangi sifat dan sikap yang baik juga, apakah masih mampu membahagiakan di setiap harinya? Misalnya saja, tampan tapi tidak bisa mencari nafkah, atau tampan tapi memiliki watak yang keras dan kasar, lalu apakah istri yang hidup bersama sosok seperti itu dapat merasakan kebahagiaan? Atau hanya merasa bahagia saat mampu membanggakannya di depan teman-temannya? Dari situ saya sadar, bahwa fisik bukanlah lagi merupakan hal penting yang harus dicari dalam hubungan di usia 22. Karena memang, masih banyak hal lain yang lebih penting dari sekadar kesempurnaan fisik.

3. Mapan

       Kalau mendengar kata "mapan" dalam suatu hubungan, mungkin identik dengan yang namanya "finansial" atau kemampuan ekonomi. lagi-lagi, tidak bisa munafik. Kemapanan seseorang dalam menjalani hubungan memang perlu diperhatikan, terutama bagi seorang pria. Apalagi di masa modern seperti saat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa segala sesuatunya membutuhkan yang namanya uang. Tidak ada yang gratis hidup di dunia saat ini, kecuali cinta dan rindu, mungkin. Hehehe. Karena itu, bagi seorang wanita, menjalani hubungan di usia 22 juga harus sudah mulai memikirkan masalah kemapanan pasangannya, atau minimal melihat peluang kemapanan dari pasangannya. Tidak munafik, setiap wanita pasti ingin mendapatkan pasangan yang mapan agar kehidupan keluarga mereka kelak tidak kesusahan. Namun, bukan berarti wanita dapat bersantai dan tidak mempersiapkan diri. Mungkin kemapanan dari pihak wanita bukanlah dari segi finansial, namun lebih kepada segi kesiapan atau kemapanan mental. Kemapanan dalam kemampuan mengurus suami dan rumah tangga, kemapanan dalam kemampuan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan rumah tangga kelak, misalnya memasak atau menjahit. Dengan kata lain, baik pria maupun wanita harus memiliki kemapanan agar siap untuk melangkah ke tahap yang lebih serius dari sekadar pacaran remaja yang kebanyakan isinya hanya menghabiskan waktu saja.

4. Restu Orangtua

      Hal terakhir yang menurut saya penting untuk diperhatikan dalam hubungan di usia 22 tahun adalah restu orangtua. Sudah bukan waktunya lagi pacaran hanya memikirkan diri sendiri. Coba pikirkan juga pandangan dan pendapat kedua orangtua, karena restu orangtua lah yang turut memiliki andil besar dalam menentukan akhir perjalanan cinta. Jika memang tidak mendapat restu, usahakan. Terus berusaha hingga mendapat restu, tapi.. sebelum berusaha, yakini dulu diri masing-masing kalau pilihan saat ini adalah pilihan yang terbaik dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga restu yang diberikan tidak menjadi restu yang sia-sia. Jika memang tetap tidak mendapat restu, ya sudah, jangan melawan dan nekat, apalagi sampai kawin lari jangan yaaa. Mungkin mereka memiliki rencana yang lebih baik, Turuti saja kemauan mereka, toh sebelumnya sudah berusaha namun tidak berhasil. Jangan menentang orangtua, apalagi soal restu. Ingatlah, restu Tuhan diturunkan melalui restu orangtua. Jadi, di usia 22 tahun, mulailah menjalani hubungan yang memang telah mendapat restu dari kedua orangtua, agar tidak menjadi kendala yang menghalangi di akhir hubungan nanti.



Ya.. keempat poin di atas hanyalah pandangan saya sebagai penulis dan pribadi yang memang belum berumur 22 tahun, namun telah mendengar banyak kisah percintaan usia 20 tahun ke atas hehe
Kalau ada yang punya pandangan lain, boleh di share yaaaa ;) hehe comment aja nanti dilihat. Terimakasih

No comments:

Post a Comment

Monday, 6 July 2015

22th



Usia 22 mungkin bukanlah usia yang dewasa. Labil masih senantiasa meliputi usia muda itu. Namun, ada beberapa hal yang harus mulai diperhatikan sejak usia itu datang menyapa. Soal karir, soal arah hidup selanjutnya, dan satu lagi yang tak boleh dilupakan, soal cinta. 

Cinta yang terjadi di usia 22 bukan lagi cinta remaja yang hanya berisi hal-hal manis tanpa berpikir ke mana arah selanjutnya. Namun, cinta pada usia itu juga masih terlalu dini jika ingin dilabuhkan pada sebuah bahtera rumah tangga. 

Jadi, apa yang harus dilakukan pribadi berusia 22 tahun ketika cinta mulai datang kepadanya?

Haruskah ia menanggapinya dengan bercanda? Dengan santai? Dengan gurauan? Atau justru, dengan sebuah keseriusan?

Ini merupakan pandangan pribadiku tentang cinta yang menyapa di usia 20 tahun.

1. Serius atau main-main?
    
    Menurut pandangan saya, cinta di usia 22 tahun bukan lagi cinta main-main yang hanya berisikan kegiatan yang sifatnya untuk membunuh waktu. Bukan lagi suatu hubungan yang hanya berisikan pembicaraan berbau rayuan sesaat. Cinta usia 22 sudah mulai mengenyampingkan itu semua dan menggantikannya dengan pembicaraan yang lebih serius, dengan pembicaraan yang berisi perkenalan mendalam satu sama lain, dengan pembicaraan yang erat kaitannya dengan masa depan. Memang, soal jodoh tak ada yang tau dan tak ada yang bisa memastikan. Cinta usia 22 memang belum tentu cinta yang terakhir, belum tentu berakhir bahagia di pelaminan. Namun, usaha untuk yang lebih baik dapat dimulai sejak saat itu. Pembicaraan terencana yang penuh akan harapan dan doa dapat mulai dilambungkan bersama. Jika memang sudah memiliki kenyamanan dan keyakinan satu sama lain, lalu apa lagi yang ingin dicari? Hanya kesenangan yang tanpa disadari menghabiskan masa mudamu? Hanya kesenangan berupa pendekatan yang tak kunjung usai? Mengapa tak segera dihalalkan saja hubungannya? Tapi tetap, halalkan lah kalau memang sudah sama-sama siap lahir dan batin dari kedua belah pihak ya hehehe

2. Masih lihat fisik?
    
      Memang, soal fisik tidak bisa munafik. Semua pasti ingin mendapatkan pasangan dengan fisik yang sempurna serta wajah yang menarik. Supaya apa? Supaya bisa dibanggakan di hadapan orang-orang, terlebih lagi bagi mereka yang merasa dirinya cantik atau tampan, pasti ingin pasangan yang secara fisik dan penampilan bisa turut mengimbangi. Namun, tidak mudah mencari pasangan yang baik dalam fisik dan mampu membahagiakan kita sekaligus. Beberapa kejadian di dunia nyata mengatakan bahwa yang memiliki kebanggaan secara fisik kadang malah menyakiti hati hehehe mungkin karena mereka terus mencari yang lebih dan lebih lagi sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki saat ini. Kemudian saya berpikir, apa betul yang baik dalam fisik itu bisa membuat bahagia jika sudah mengarungi bahtera rumah tangga. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Mungkin bisa membahagiakan karena memberikan pemandangan yang indah di setiap harinya, namun jika tidak diimbangi sifat dan sikap yang baik juga, apakah masih mampu membahagiakan di setiap harinya? Misalnya saja, tampan tapi tidak bisa mencari nafkah, atau tampan tapi memiliki watak yang keras dan kasar, lalu apakah istri yang hidup bersama sosok seperti itu dapat merasakan kebahagiaan? Atau hanya merasa bahagia saat mampu membanggakannya di depan teman-temannya? Dari situ saya sadar, bahwa fisik bukanlah lagi merupakan hal penting yang harus dicari dalam hubungan di usia 22. Karena memang, masih banyak hal lain yang lebih penting dari sekadar kesempurnaan fisik.

3. Mapan

       Kalau mendengar kata "mapan" dalam suatu hubungan, mungkin identik dengan yang namanya "finansial" atau kemampuan ekonomi. lagi-lagi, tidak bisa munafik. Kemapanan seseorang dalam menjalani hubungan memang perlu diperhatikan, terutama bagi seorang pria. Apalagi di masa modern seperti saat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa segala sesuatunya membutuhkan yang namanya uang. Tidak ada yang gratis hidup di dunia saat ini, kecuali cinta dan rindu, mungkin. Hehehe. Karena itu, bagi seorang wanita, menjalani hubungan di usia 22 juga harus sudah mulai memikirkan masalah kemapanan pasangannya, atau minimal melihat peluang kemapanan dari pasangannya. Tidak munafik, setiap wanita pasti ingin mendapatkan pasangan yang mapan agar kehidupan keluarga mereka kelak tidak kesusahan. Namun, bukan berarti wanita dapat bersantai dan tidak mempersiapkan diri. Mungkin kemapanan dari pihak wanita bukanlah dari segi finansial, namun lebih kepada segi kesiapan atau kemapanan mental. Kemapanan dalam kemampuan mengurus suami dan rumah tangga, kemapanan dalam kemampuan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan rumah tangga kelak, misalnya memasak atau menjahit. Dengan kata lain, baik pria maupun wanita harus memiliki kemapanan agar siap untuk melangkah ke tahap yang lebih serius dari sekadar pacaran remaja yang kebanyakan isinya hanya menghabiskan waktu saja.

4. Restu Orangtua

      Hal terakhir yang menurut saya penting untuk diperhatikan dalam hubungan di usia 22 tahun adalah restu orangtua. Sudah bukan waktunya lagi pacaran hanya memikirkan diri sendiri. Coba pikirkan juga pandangan dan pendapat kedua orangtua, karena restu orangtua lah yang turut memiliki andil besar dalam menentukan akhir perjalanan cinta. Jika memang tidak mendapat restu, usahakan. Terus berusaha hingga mendapat restu, tapi.. sebelum berusaha, yakini dulu diri masing-masing kalau pilihan saat ini adalah pilihan yang terbaik dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga restu yang diberikan tidak menjadi restu yang sia-sia. Jika memang tetap tidak mendapat restu, ya sudah, jangan melawan dan nekat, apalagi sampai kawin lari jangan yaaa. Mungkin mereka memiliki rencana yang lebih baik, Turuti saja kemauan mereka, toh sebelumnya sudah berusaha namun tidak berhasil. Jangan menentang orangtua, apalagi soal restu. Ingatlah, restu Tuhan diturunkan melalui restu orangtua. Jadi, di usia 22 tahun, mulailah menjalani hubungan yang memang telah mendapat restu dari kedua orangtua, agar tidak menjadi kendala yang menghalangi di akhir hubungan nanti.



Ya.. keempat poin di atas hanyalah pandangan saya sebagai penulis dan pribadi yang memang belum berumur 22 tahun, namun telah mendengar banyak kisah percintaan usia 20 tahun ke atas hehe
Kalau ada yang punya pandangan lain, boleh di share yaaaa ;) hehe comment aja nanti dilihat. Terimakasih

No comments:

Post a Comment