Kupejamkan mata ini, menarik napas dalam-dalam
lalu menghelanya bersamaan dengan seluruh pemikiran ini. Pemikiran yang berat
namun tak ingin kusebut beban. Aku tak ingin merasa terbebani dengan seluruh
keadaan ini. Walau pemikiran ini menyita banyak waktuku di kehidupanku saat
ini. Merindukan dia, dia dan dia. Mereka. Mereka yang dengan berat hati harus
aku tinggalkan. Demi cita-cita? Mungkin. Atau... demi ambisi? Ambisi yang hanya
bayang-bayang? Sebuah ambisi semu. Atau penuh kebohongan? Tidak. Aku tak ingin
menjadikan semua ini sebagai suatu kebohongan. Inilah yang kuinginkan sejak
awal. Aku tak ingin menyerah hanya karena perasaan ini datang. Gundah gulana.
Kebimbangan sesaat. Kerinduan yang menerjang. Haruskah aku mengalah dengan
semua ini?
Kupejamkan kembali kedua mata ini. Sebuah
bayangan nyata melintas di benakku. Terlukis indah di balik pejaman kedua
mataku. Sebuah kota dimana aku lahir dan tumbuh besar. Sebuah kota yang menjadi
saksi bisu perjalanan hidupku yang tak semudah yang mereka kira. Sebuah kota
yang menyimpan semua keadaan yang pernah kulalui. Suka duka yang kulewati
disana, bersama mereka semua. Mereka semua yang kini kurindukan. Mereka semua
yang ingin ku hampiri sekarang juga. Tuhan, aku merindukannya. Merindukan semua
itu. Semakin dalam kerinduan ini, semakin menyiksa. Aku memang tak sendiri
disini, aku sadar itu. Namun, tetap saja kehadiran merekalah yang kuinginkan
saat ini. Kehangatan di tempat itu, kasih sayang yang terurai, panggilan cinta
yang menyenangkan. Aku inginkan lagi. Inginkan lagi menemuinya. Menemui semua
yang ada disana. Aku inginkan lagi, inginkan lagi merasakan kehangatan yang ada
disana. Aku innginkan lagi. Inginkan lagi berada di sana.
No comments:
Post a Comment