SpongeBob SquarePants

Thursday, 3 November 2016

4 November 2016

Pagi ini saya bangun dari tidur dengan rasa khawatir dan penasaran, serta dicampur sedikit rasa sedih.

Khawatir akan kondisi Jakarta hari ini dan mungkin untuk hari ke depan. Penasaran akan berlangsung seperti apa aksi damai hari ini. Sedih karena ada perpecahan di Ibukota ini.

Berita yang ada di televisi terus mengabarkan perkembangan keadaan di wilayah yang sudah didatangi oleh ribuan demonstran. Lautan manusia dengan pakaian putih tengah berkumpul dengan beberapa di antaranya membawa bendera-bendera besar berlambangan masing-masing ormas yang diwakilinya.

Pagi ini saya berani mengatakan, semua ada dalangnya. Ada provokator nya dan ada upahnya. Hanya yang saya tidak tau, siapa dalang di balik semua ini? Pesaing Ahok kah? 

Kenapa saya berani mengatakan ada provokator bahkan ada upahnya? Karena saya sendiri menjadi saksi adanya ajakan untuk orang-orang membantu menyiapkan makanan untuk para demonstran yang datang. Hanya menyiapkan makanan, dimana provokasi nya? Mungkin Anda berpikir demikian. Tapi tidak hanya sampai disitu, jasa menyiapkan makanan untuk para demonstran ditukar dengan uang Rp 200.000,00 untuk setiap 100 makanan yang disiapkan. Jadi, setiap orang yang membungkus 100 box makanan, akan dibayar sebesar Rp 200.000,00 dan itu terjadi di lingkungan dekat rumah saya, yaitu Masjid Apartmen Kalibata City. Lalu saya berpikir, jika aksi damai kali ini murni dari dalam hati dan murni dari keinginan orang-orang untuk membela Islam, kenapa harus dibayar? Kenapa harus ada upahnya hanya untuk membungkus makanan saja? Bukankah itu bisa dilakukan secara sukarela, apabila memang benar aksi hari ini adalah murni dari kesadaran dan keinginan masing-masing individu untuk membela Islam. 

Kalau yang membungkus makanan di tempat nyaman dan sejuk saja mendapat upah lumayan, bagaimana dengan orang-orang yang terjun langsung ke lapangan, berdesak-desakan, berpanas-panasan dan berletih-letihan? Ada yang bisa jawab? 

XOXO

No comments:

Post a Comment

Thursday, 3 November 2016

4 November 2016

Pagi ini saya bangun dari tidur dengan rasa khawatir dan penasaran, serta dicampur sedikit rasa sedih.

Khawatir akan kondisi Jakarta hari ini dan mungkin untuk hari ke depan. Penasaran akan berlangsung seperti apa aksi damai hari ini. Sedih karena ada perpecahan di Ibukota ini.

Berita yang ada di televisi terus mengabarkan perkembangan keadaan di wilayah yang sudah didatangi oleh ribuan demonstran. Lautan manusia dengan pakaian putih tengah berkumpul dengan beberapa di antaranya membawa bendera-bendera besar berlambangan masing-masing ormas yang diwakilinya.

Pagi ini saya berani mengatakan, semua ada dalangnya. Ada provokator nya dan ada upahnya. Hanya yang saya tidak tau, siapa dalang di balik semua ini? Pesaing Ahok kah? 

Kenapa saya berani mengatakan ada provokator bahkan ada upahnya? Karena saya sendiri menjadi saksi adanya ajakan untuk orang-orang membantu menyiapkan makanan untuk para demonstran yang datang. Hanya menyiapkan makanan, dimana provokasi nya? Mungkin Anda berpikir demikian. Tapi tidak hanya sampai disitu, jasa menyiapkan makanan untuk para demonstran ditukar dengan uang Rp 200.000,00 untuk setiap 100 makanan yang disiapkan. Jadi, setiap orang yang membungkus 100 box makanan, akan dibayar sebesar Rp 200.000,00 dan itu terjadi di lingkungan dekat rumah saya, yaitu Masjid Apartmen Kalibata City. Lalu saya berpikir, jika aksi damai kali ini murni dari dalam hati dan murni dari keinginan orang-orang untuk membela Islam, kenapa harus dibayar? Kenapa harus ada upahnya hanya untuk membungkus makanan saja? Bukankah itu bisa dilakukan secara sukarela, apabila memang benar aksi hari ini adalah murni dari kesadaran dan keinginan masing-masing individu untuk membela Islam. 

Kalau yang membungkus makanan di tempat nyaman dan sejuk saja mendapat upah lumayan, bagaimana dengan orang-orang yang terjun langsung ke lapangan, berdesak-desakan, berpanas-panasan dan berletih-letihan? Ada yang bisa jawab? 

XOXO

No comments:

Post a Comment