SpongeBob SquarePants

Tuesday, 22 November 2016

Versace on The Floor

Let's take our time tonight, girl
Above us all the stars are watchin'
There's no place I'd rather be in this world
Your eyes are where I'm lost in
Underneath the chandelier
We're dancin' all alone
There's no reason to hide
What we're feelin' inside
Right now

So baby let's just turn down the lights
And close the door
Oooh I love that dress
But you won't need it anymore
No you won't need it no more
Let's just kiss 'til we're naked, baby

Versace on the floor
Oooh take it off for me, for me, for me, for me now, girl
Versace on the floor
Oooh take it off for me, for me, for me, for me now, girl

I unzip the back to watch it fall
While I kiss your neck and shoulders
No don't be afraid to show it off
I'll be right here ready to hold you
Girl you know you're perfect from
Your head down to your heels
Don't be confused by my smile
'Cause I ain't ever been more for real, for real

So just turn down the lights
And close the door
Oooh I love that dress
But you won't need it anymore
No you won't need it no more
Let's just kiss 'til we're naked, baby

Versace on the floor
Oooh take it off for me, for me, for me, for me now, girl
Versace on the floor
Oooh take it off for me, for me, for me, for me now, girl
Dance

It's warmin' up
Can you feel it?
It's warmin' up
Can you feel it?
It's warmin' up
Can you feel it, baby?
It's warmin' up
Oh, seems like you're ready for more, more, more
Let's just kiss 'til we're naked

Versace on the floor
Hey baby
Take it off for me, for me, for me, for me now, girl
Versace on the floor
Oooh take it off for me, for me, for me, for me now, girl

Versace on the floor
Floor
Floor

Thursday, 3 November 2016

4 November 2016

Pagi ini saya bangun dari tidur dengan rasa khawatir dan penasaran, serta dicampur sedikit rasa sedih.

Khawatir akan kondisi Jakarta hari ini dan mungkin untuk hari ke depan. Penasaran akan berlangsung seperti apa aksi damai hari ini. Sedih karena ada perpecahan di Ibukota ini.

Berita yang ada di televisi terus mengabarkan perkembangan keadaan di wilayah yang sudah didatangi oleh ribuan demonstran. Lautan manusia dengan pakaian putih tengah berkumpul dengan beberapa di antaranya membawa bendera-bendera besar berlambangan masing-masing ormas yang diwakilinya.

Pagi ini saya berani mengatakan, semua ada dalangnya. Ada provokator nya dan ada upahnya. Hanya yang saya tidak tau, siapa dalang di balik semua ini? Pesaing Ahok kah? 

Kenapa saya berani mengatakan ada provokator bahkan ada upahnya? Karena saya sendiri menjadi saksi adanya ajakan untuk orang-orang membantu menyiapkan makanan untuk para demonstran yang datang. Hanya menyiapkan makanan, dimana provokasi nya? Mungkin Anda berpikir demikian. Tapi tidak hanya sampai disitu, jasa menyiapkan makanan untuk para demonstran ditukar dengan uang Rp 200.000,00 untuk setiap 100 makanan yang disiapkan. Jadi, setiap orang yang membungkus 100 box makanan, akan dibayar sebesar Rp 200.000,00 dan itu terjadi di lingkungan dekat rumah saya, yaitu Masjid Apartmen Kalibata City. Lalu saya berpikir, jika aksi damai kali ini murni dari dalam hati dan murni dari keinginan orang-orang untuk membela Islam, kenapa harus dibayar? Kenapa harus ada upahnya hanya untuk membungkus makanan saja? Bukankah itu bisa dilakukan secara sukarela, apabila memang benar aksi hari ini adalah murni dari kesadaran dan keinginan masing-masing individu untuk membela Islam. 

Kalau yang membungkus makanan di tempat nyaman dan sejuk saja mendapat upah lumayan, bagaimana dengan orang-orang yang terjun langsung ke lapangan, berdesak-desakan, berpanas-panasan dan berletih-letihan? Ada yang bisa jawab? 

XOXO

SEMANGAT!

Terimakasih sudah banyak membantu. 
Terimakasih sudah menemani.
Esok hari adalah giliranmu.
SEMANGAT!

Good luck my morph.

Wednesday, 2 November 2016

Selamatkan Jakarta

Saya hanya bisa menulis, saya tak berani bicara. Namun saya ingin berpendapat.
Maafkan jika ada pendapat saya yang kurang berkenan bagi kalian-kalian yang membacanya. 
Bukan kah di Republik ini, semua bebas berpendapat?

Akhir-akhir ini, kota tercinta saya yaitu DKI Jakarta tengah ramai oleh sebuah isu yang menimbulkan pro-kontra. Apalagi kalau bukan soal Pilkada 2017? Saya kira pilkada kali ini jauh berbeda dari pilkada sebelumnya. Ramai, penuh semangat, namun juga penuh emosi. Emosi? Kenapa ada unsur emosi di pilkada yang seharusnya 'seru' ini? Saya yakin isu yang sarat dengan emosi tersebut sudah diketahui oleh sebagian besar masyarakat Jakarta. 
     
Pak Ahok, alias Gubernur DKI Jakarta saat ini dituduh menistakan agama Islam, dan banyak umat muslim di Jakarta yang tidak terima akan hal itu. Tunggu.. tidak hanya umat muslim Jakarta, namun umat muslim Indonesia. Karena yang datang dan demo menuntut Pak Ahok tidak hanya datang dari Jakarta, namun juga dari kota-kota lain yang ada di Indonesia. Wah.. kompak ya umat muslim Indonesia. Tapi kok.. kompak demo?

Saya sendiri adalah seorang muslim, dan jujur saja pada awalnya saya merasa kecewa dengan Pak Ahok karena berbicara di depan masyarakat dengan menyinggung masalah agama. Saya tau banyak orang Islam yang tidak suka dengan Pak Ahok karena ras dan agamanya. Namun, apakah Islam mengajarkan umat nya untuk menjadi orang yang kental akan SARA? Islam hanya mengajarkan "Untuk mu agama mu dan untuk ku agamaku" dengan artian setiap manusia menjalankan keyakinan dan kewajiban beragamanya masing-masing tanpa saling menganggu. Apakah selama ini Pak Ahok mengganggu orang Islam? Saya rasa tidak. Saya memang kecewa karena Pak Ahok menyinggung tentang surat Al-Maidah dan mengatakan "Bapak-bapak dan Ibu-ibu dibohongi oleh surat Al-Maidah ayat 51" sesaat setelah melihat video itu di youtube, saya langsung mematikan ponsel saya dan bepikir "Wah, gila nih Ahok, kok gini sama Islam. Udah deh, gue nggak milih dia lagi". Karena memang, dulunya saya adalah pendukung beliau. Bahkan, pengagum beliau.

Saya sempat melakukan PKL atau kerja praktek di Pemda Jakarta yang gedungnya tepat bersebelahan dengan balai kota. Setiap pagi nya saya melihat Pak Ahok sudah berdiri di depan Balai Kota menemui orang-orang yang menunggu kehadirannya. Beliau tampak gagah setiap paginya, mendengarkan setiap orang yang berbicara kepadanya. Saya semakin kagum dengan beliau karena selama beliau menjabat, Jakarta menjadi kota yang lebih baik lagi. Saya merasakan banyak perubahan ke arah positif dengan kehadiran beliau. Saya seorang Sarjana dari ilmu perencanaan kota, sehingga sedikit demi sedikit saya paham akan isu perkotaan, dan menurut saya langkah-langkah yang beliau lakukan untuk memajukan kota Jakarta adalah tepat.

Namun sekarang, karena adanya video tersebut. Banyak orang yang mungkin kecewa, termasuk saya. Tapi saya salah, saya baru tau kalau video yang viral di youtube tersebut bukanlah video yang asli. Itu hanyalah sepenggal dari video yang sebenarnya. Dan dalam video asli, Pak Ahok tidak berbicara demikian. Saya semakin kecewa. Bukan dengan Pak Ahok, tapi dengan orang yang tega-teganya mengedit video tersebut dan membuat Pak Ahok menjadi terpojokan oleh berbagai pihak. Sengaja? Pasti. Tidak mungkin ada orang yang dengan 'tidak sengaja' mengedit sebuah video. Saya jadi berpikir, kenapa kesengajaan itu terjadi? Pasti ada maksud di balik semua itu. Saya mungkin hanya menerka, tapi pasti ada orang lain yang memiliki terkaan seperti saya. Video itu dibuat untuk menjatuhkan Pak Ahok, mungkin agar Pak Ahok dibenci dan tidak menjadi gubernur lagi. Karena video itu viral sesaat menuju Pilkada 2017. Saya ucapkan selamat kepada orang yang telah mengedit video itu, selamat karena Anda telah berhasil membuat Pak Ahok dihujat mati-matian. Dihujat oleh banyak orang yang menyebut diri mereka "pembela Islam". Terlalu jauh sebutan itu, sudah kah Anda membela kebenaran setiap harinya, wahai orang-orang pembela Islam? 

14 Oktober 2016, Balai Kota diramaikan oleh para pengunjuk rasa dengan balutan kain putih-putih. Ramai, penuh, sampai jalanan ditutup. Ya, pasukan "pembela Islam" tersebut menuntut agar Ahok meminta maaf terhadap seluruh umat muslim di Indonesia dan berharap agar masalah yang ada diselesaikan secara hukum. Dan akhirnya, Pak Ahok pun meminta maaf. Namun masalah belum selesai, tuntutan belum habis. Mungkin banyak yang berpikir kalau hukum tetap harus berjalan. 

Tidak sampai di situ saja. Demo "pembela Islam" akan berlanjut besok, Jumat tanggal 4 November 2016. Kalau sebelumnya Balai Kota yang "diserang", kali ini Istana Negara yang diserang. Kali ini Pak Jokowi selaku Presiden yang diminta untuk turun tangan dalam masalah Pak Ahok. Wah, seserius ini ya. Sekali lagi selamat bagi orang yang telah menyalakan korek dan membuat masalah ini terus berkobar. Ada 2 tuntutan yang dibawa oleh demonstran esok hari, pertama Pak Jokowi diminta untuk membantu agar masalah Pak Ahok diselesaikan secara hukum dan yang kedua untuk memasukkan Pak Ahok ke penjara. (sumber : Mata Najwa, 2 November 2016). Melihat 2 tuntutan tersebut, saya ingin tertawa. Kata panglima polri di Mata Najwa, tuntutan pertama masih mungkin untuk terjadi, tapi tuntutan kedua ...... (isi sendiri titik titiknya ha ha). Kalau saya pribadi sih jadi merasa lucu dan malu. Para "pembela Islam" ini kok kayak kurang belajar, ucuk-ucuk datang dari kota di luar Jakarta, minta tolong Pak Presiden untuk memenjarakan orang. Seperti ada yang menyuruh.... seperti ada yang memimpin.... Jangan-jangan, ada yang bayar. ups

Saya jadi bingung sendiri, kemana arah tulisan ini ya. Hm.. semakin nggak jelas. 

Intinya sih, saya hanya merasa para "pembela Islam" ini seperti tidak berpikir panjang. Kenapa bersikeras agar Pak Ahok dipenjara? Agar Islam, Jakarta dan Indonesia jadi damai? Atau agar pesaing Pak Ahok yang akhirnya menang dan jadi gubernur DKI? Tolong, buka mata kalian. Pak Ahok memang bukan seorang muslim, beliau memang nasrani, tapi beliau berhati baik. Yang dibutuhkan Jakarta saat ini adalah pemimpin yang terlihat hasil kerjanya, bukan hanya yang seagama. Jika memang ada calon pemimpin seorang muslim dan kinerjanya baik, boleh saja dipilih. Tapi sekarang.. coba lihat, apa ada? Biarlah kita kasih kesempatan sekali lagi untuk Pak Ahok agar Jakarta bisa lebih maksimal lagi. Kerja Pak Ahok sudah nyata, lihat banyak perubahan di Jakarta. Mungkin saja 5 tahun lagi Pak Ahok benar-benar bisa mewujudkan Jakarta yang lebih baik lagi. Aamiin.

Terimakasih Pak Ahok, 
dari pendukung setiamu. 





Tuesday, 22 November 2016

Versace on The Floor

Let's take our time tonight, girl
Above us all the stars are watchin'
There's no place I'd rather be in this world
Your eyes are where I'm lost in
Underneath the chandelier
We're dancin' all alone
There's no reason to hide
What we're feelin' inside
Right now

So baby let's just turn down the lights
And close the door
Oooh I love that dress
But you won't need it anymore
No you won't need it no more
Let's just kiss 'til we're naked, baby

Versace on the floor
Oooh take it off for me, for me, for me, for me now, girl
Versace on the floor
Oooh take it off for me, for me, for me, for me now, girl

I unzip the back to watch it fall
While I kiss your neck and shoulders
No don't be afraid to show it off
I'll be right here ready to hold you
Girl you know you're perfect from
Your head down to your heels
Don't be confused by my smile
'Cause I ain't ever been more for real, for real

So just turn down the lights
And close the door
Oooh I love that dress
But you won't need it anymore
No you won't need it no more
Let's just kiss 'til we're naked, baby

Versace on the floor
Oooh take it off for me, for me, for me, for me now, girl
Versace on the floor
Oooh take it off for me, for me, for me, for me now, girl
Dance

It's warmin' up
Can you feel it?
It's warmin' up
Can you feel it?
It's warmin' up
Can you feel it, baby?
It's warmin' up
Oh, seems like you're ready for more, more, more
Let's just kiss 'til we're naked

Versace on the floor
Hey baby
Take it off for me, for me, for me, for me now, girl
Versace on the floor
Oooh take it off for me, for me, for me, for me now, girl

Versace on the floor
Floor
Floor

Thursday, 3 November 2016

4 November 2016

Pagi ini saya bangun dari tidur dengan rasa khawatir dan penasaran, serta dicampur sedikit rasa sedih.

Khawatir akan kondisi Jakarta hari ini dan mungkin untuk hari ke depan. Penasaran akan berlangsung seperti apa aksi damai hari ini. Sedih karena ada perpecahan di Ibukota ini.

Berita yang ada di televisi terus mengabarkan perkembangan keadaan di wilayah yang sudah didatangi oleh ribuan demonstran. Lautan manusia dengan pakaian putih tengah berkumpul dengan beberapa di antaranya membawa bendera-bendera besar berlambangan masing-masing ormas yang diwakilinya.

Pagi ini saya berani mengatakan, semua ada dalangnya. Ada provokator nya dan ada upahnya. Hanya yang saya tidak tau, siapa dalang di balik semua ini? Pesaing Ahok kah? 

Kenapa saya berani mengatakan ada provokator bahkan ada upahnya? Karena saya sendiri menjadi saksi adanya ajakan untuk orang-orang membantu menyiapkan makanan untuk para demonstran yang datang. Hanya menyiapkan makanan, dimana provokasi nya? Mungkin Anda berpikir demikian. Tapi tidak hanya sampai disitu, jasa menyiapkan makanan untuk para demonstran ditukar dengan uang Rp 200.000,00 untuk setiap 100 makanan yang disiapkan. Jadi, setiap orang yang membungkus 100 box makanan, akan dibayar sebesar Rp 200.000,00 dan itu terjadi di lingkungan dekat rumah saya, yaitu Masjid Apartmen Kalibata City. Lalu saya berpikir, jika aksi damai kali ini murni dari dalam hati dan murni dari keinginan orang-orang untuk membela Islam, kenapa harus dibayar? Kenapa harus ada upahnya hanya untuk membungkus makanan saja? Bukankah itu bisa dilakukan secara sukarela, apabila memang benar aksi hari ini adalah murni dari kesadaran dan keinginan masing-masing individu untuk membela Islam. 

Kalau yang membungkus makanan di tempat nyaman dan sejuk saja mendapat upah lumayan, bagaimana dengan orang-orang yang terjun langsung ke lapangan, berdesak-desakan, berpanas-panasan dan berletih-letihan? Ada yang bisa jawab? 

XOXO

SEMANGAT!

Terimakasih sudah banyak membantu. 
Terimakasih sudah menemani.
Esok hari adalah giliranmu.
SEMANGAT!

Good luck my morph.

Wednesday, 2 November 2016

Selamatkan Jakarta

Saya hanya bisa menulis, saya tak berani bicara. Namun saya ingin berpendapat.
Maafkan jika ada pendapat saya yang kurang berkenan bagi kalian-kalian yang membacanya. 
Bukan kah di Republik ini, semua bebas berpendapat?

Akhir-akhir ini, kota tercinta saya yaitu DKI Jakarta tengah ramai oleh sebuah isu yang menimbulkan pro-kontra. Apalagi kalau bukan soal Pilkada 2017? Saya kira pilkada kali ini jauh berbeda dari pilkada sebelumnya. Ramai, penuh semangat, namun juga penuh emosi. Emosi? Kenapa ada unsur emosi di pilkada yang seharusnya 'seru' ini? Saya yakin isu yang sarat dengan emosi tersebut sudah diketahui oleh sebagian besar masyarakat Jakarta. 
     
Pak Ahok, alias Gubernur DKI Jakarta saat ini dituduh menistakan agama Islam, dan banyak umat muslim di Jakarta yang tidak terima akan hal itu. Tunggu.. tidak hanya umat muslim Jakarta, namun umat muslim Indonesia. Karena yang datang dan demo menuntut Pak Ahok tidak hanya datang dari Jakarta, namun juga dari kota-kota lain yang ada di Indonesia. Wah.. kompak ya umat muslim Indonesia. Tapi kok.. kompak demo?

Saya sendiri adalah seorang muslim, dan jujur saja pada awalnya saya merasa kecewa dengan Pak Ahok karena berbicara di depan masyarakat dengan menyinggung masalah agama. Saya tau banyak orang Islam yang tidak suka dengan Pak Ahok karena ras dan agamanya. Namun, apakah Islam mengajarkan umat nya untuk menjadi orang yang kental akan SARA? Islam hanya mengajarkan "Untuk mu agama mu dan untuk ku agamaku" dengan artian setiap manusia menjalankan keyakinan dan kewajiban beragamanya masing-masing tanpa saling menganggu. Apakah selama ini Pak Ahok mengganggu orang Islam? Saya rasa tidak. Saya memang kecewa karena Pak Ahok menyinggung tentang surat Al-Maidah dan mengatakan "Bapak-bapak dan Ibu-ibu dibohongi oleh surat Al-Maidah ayat 51" sesaat setelah melihat video itu di youtube, saya langsung mematikan ponsel saya dan bepikir "Wah, gila nih Ahok, kok gini sama Islam. Udah deh, gue nggak milih dia lagi". Karena memang, dulunya saya adalah pendukung beliau. Bahkan, pengagum beliau.

Saya sempat melakukan PKL atau kerja praktek di Pemda Jakarta yang gedungnya tepat bersebelahan dengan balai kota. Setiap pagi nya saya melihat Pak Ahok sudah berdiri di depan Balai Kota menemui orang-orang yang menunggu kehadirannya. Beliau tampak gagah setiap paginya, mendengarkan setiap orang yang berbicara kepadanya. Saya semakin kagum dengan beliau karena selama beliau menjabat, Jakarta menjadi kota yang lebih baik lagi. Saya merasakan banyak perubahan ke arah positif dengan kehadiran beliau. Saya seorang Sarjana dari ilmu perencanaan kota, sehingga sedikit demi sedikit saya paham akan isu perkotaan, dan menurut saya langkah-langkah yang beliau lakukan untuk memajukan kota Jakarta adalah tepat.

Namun sekarang, karena adanya video tersebut. Banyak orang yang mungkin kecewa, termasuk saya. Tapi saya salah, saya baru tau kalau video yang viral di youtube tersebut bukanlah video yang asli. Itu hanyalah sepenggal dari video yang sebenarnya. Dan dalam video asli, Pak Ahok tidak berbicara demikian. Saya semakin kecewa. Bukan dengan Pak Ahok, tapi dengan orang yang tega-teganya mengedit video tersebut dan membuat Pak Ahok menjadi terpojokan oleh berbagai pihak. Sengaja? Pasti. Tidak mungkin ada orang yang dengan 'tidak sengaja' mengedit sebuah video. Saya jadi berpikir, kenapa kesengajaan itu terjadi? Pasti ada maksud di balik semua itu. Saya mungkin hanya menerka, tapi pasti ada orang lain yang memiliki terkaan seperti saya. Video itu dibuat untuk menjatuhkan Pak Ahok, mungkin agar Pak Ahok dibenci dan tidak menjadi gubernur lagi. Karena video itu viral sesaat menuju Pilkada 2017. Saya ucapkan selamat kepada orang yang telah mengedit video itu, selamat karena Anda telah berhasil membuat Pak Ahok dihujat mati-matian. Dihujat oleh banyak orang yang menyebut diri mereka "pembela Islam". Terlalu jauh sebutan itu, sudah kah Anda membela kebenaran setiap harinya, wahai orang-orang pembela Islam? 

14 Oktober 2016, Balai Kota diramaikan oleh para pengunjuk rasa dengan balutan kain putih-putih. Ramai, penuh, sampai jalanan ditutup. Ya, pasukan "pembela Islam" tersebut menuntut agar Ahok meminta maaf terhadap seluruh umat muslim di Indonesia dan berharap agar masalah yang ada diselesaikan secara hukum. Dan akhirnya, Pak Ahok pun meminta maaf. Namun masalah belum selesai, tuntutan belum habis. Mungkin banyak yang berpikir kalau hukum tetap harus berjalan. 

Tidak sampai di situ saja. Demo "pembela Islam" akan berlanjut besok, Jumat tanggal 4 November 2016. Kalau sebelumnya Balai Kota yang "diserang", kali ini Istana Negara yang diserang. Kali ini Pak Jokowi selaku Presiden yang diminta untuk turun tangan dalam masalah Pak Ahok. Wah, seserius ini ya. Sekali lagi selamat bagi orang yang telah menyalakan korek dan membuat masalah ini terus berkobar. Ada 2 tuntutan yang dibawa oleh demonstran esok hari, pertama Pak Jokowi diminta untuk membantu agar masalah Pak Ahok diselesaikan secara hukum dan yang kedua untuk memasukkan Pak Ahok ke penjara. (sumber : Mata Najwa, 2 November 2016). Melihat 2 tuntutan tersebut, saya ingin tertawa. Kata panglima polri di Mata Najwa, tuntutan pertama masih mungkin untuk terjadi, tapi tuntutan kedua ...... (isi sendiri titik titiknya ha ha). Kalau saya pribadi sih jadi merasa lucu dan malu. Para "pembela Islam" ini kok kayak kurang belajar, ucuk-ucuk datang dari kota di luar Jakarta, minta tolong Pak Presiden untuk memenjarakan orang. Seperti ada yang menyuruh.... seperti ada yang memimpin.... Jangan-jangan, ada yang bayar. ups

Saya jadi bingung sendiri, kemana arah tulisan ini ya. Hm.. semakin nggak jelas. 

Intinya sih, saya hanya merasa para "pembela Islam" ini seperti tidak berpikir panjang. Kenapa bersikeras agar Pak Ahok dipenjara? Agar Islam, Jakarta dan Indonesia jadi damai? Atau agar pesaing Pak Ahok yang akhirnya menang dan jadi gubernur DKI? Tolong, buka mata kalian. Pak Ahok memang bukan seorang muslim, beliau memang nasrani, tapi beliau berhati baik. Yang dibutuhkan Jakarta saat ini adalah pemimpin yang terlihat hasil kerjanya, bukan hanya yang seagama. Jika memang ada calon pemimpin seorang muslim dan kinerjanya baik, boleh saja dipilih. Tapi sekarang.. coba lihat, apa ada? Biarlah kita kasih kesempatan sekali lagi untuk Pak Ahok agar Jakarta bisa lebih maksimal lagi. Kerja Pak Ahok sudah nyata, lihat banyak perubahan di Jakarta. Mungkin saja 5 tahun lagi Pak Ahok benar-benar bisa mewujudkan Jakarta yang lebih baik lagi. Aamiin.

Terimakasih Pak Ahok, 
dari pendukung setiamu.